This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

NASIHAT UNTUKKU & UNTUKMU PARA SAHABATKU - Al Qur'an

termotok.blogspot.com - Sudah dilihat NASIHAT UNTUKKU & UNTUKMU PARA SAHABATKU kali.



NASIHAT UNTUKKU & UNTUKMU PARA SAHABATKUBismillah,
Mengingatkan kembali diri yg dha'if ni dan siapa saja yg mau mengingatnya sebagai nasihat yg baik, bahwa menuntut ilmu hendaklah diniatkan untk menghilangkan kejahilan, untk diamalkan, dan untk menolong agama Allah.
Bukan untk berbangga-bangga di hadapan manusia (agar orang lain kagum padanya), mengharapkan pujian dari orang-orang bodoh, mendebat para ahli ilmu (ulama/ustadz), / untk mendapatkan sedikit dari urusan dunia ini.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللهُ النَّارَ »
"Barangsiapa yg menuntut ilmu karena hendak mendebat para ‘ulama, / berbangga-bangga di hadapan orang-orang bodoh, / ingin perhatian orang tertuju pd dirinya, maka Allah akan masukkan ia ke dlm an-Nar (neraka).
[HR. At-Tirmidzi (no. 2654), dari shahabat Ka’b bin Malik. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dlm Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 2654].
Hendaklah niat menuntut ilmu itu senantiasa dilandasi dgn dua pondasi, yaitu menetapkan bahwa menuntut ilmu itu adlh wajib atas tiap muslim dan hendaklah dilakukan semata-mata dgn niat yg ikhlas untk mendapatkan keridhaan Allah.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
« طَلَبُ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ »
Menuntut ilmu agama adlh wajib bagi tiap pribadi muslim.
[HR. Ibnu Majah (no. 224), dari shahabat Anas bin Malik. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dlm Shahih Sunan Ibni Majah no. 224]
« إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، ... »
Sesungguhnya tiap amalan tergantung pd niatnya. Dan masing-masing orang akan diberi pahala sesuai dgn apa yg dia niatkan.
[HR. Al-Bukhari (no. 1, 54, 2529, 3898, 5070, 6953) dan Muslim (no. 1907). dari shahabat ‘Umar bin Al-Khaththab]
Hendaklah di dlm mempelajari ilmu kita mendahulukan yg terpenting kemudian yg penting berikutnya (taqdimu al-ahammi fal aham). Artinya, dlm menimba ilmu tak bisa langsung loncat tangga. Perlu tahapan demi tahapan, karena ilmu agama ni -sebagaimana yg digambarkan oleh para ulama- bagaikan lautan yg tak bertepi. Sehingga tak ada seorang pun yg dpt menguasai semua bidang ilmu. Hal ni Allah tegaskan dlm firman-Nya:
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلاً
...dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. (QS. Al-Isra’: 85)
Jangan sampai ilmu kita tadawwuq, yaitu hanya sekedar mencicipi ilmu tersebut tanpa mau serius dan sabar sampai betul-betul paham. Orang yg seperti itu tak akan mendapatkan ilmu yg bermanfaat selamanya. Kata pepatah:
مَنْ ثَبَتَ نَبَتَ
Barangsiapa yg kokoh ilmunya, maka dia akan menghasilkan ilmu tersebut.
Hendaklah kita mengambil ilmu hanya dari shahibus sunnah (orang yg berpegang teguh pd as-Sunnah), bukan dari ahlul hawa (pengikut hawa nafsu). Karena ilmu ni adlh agama sebagaimana kata Ibnu Sirin:
إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ، فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ!
Ilmu ni adlh agama, maka lihatlah dari siapa engkau mengambil agamamu.
[HR. Muslim dlm muqaddimah Shahih-nya]
Setelah kita mempelajari satu bab ilmu dan memahaminya, hendaklah kita sampaikan jg kepada keluarga kita, sebab Allah Ta'ala telah memerintahkan di dlm al-Qur'an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
"Hai orang-orang yg beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yg bahan bakarnya adlh manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yg kasar, yg keras, yg tak mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yg diperintahkan." (QS. At-Tahrim: 6)
Setelah itu, sampaikanlah pula kepada orang-orang terdekat kita dgn sebatas kemampuan yg kita miliki. Tapi satu hal yg hendaknya tak boleh kita lupakan, jadilah uswatun hasanah (teladan yg baik) bagi keluarga kita dan segenap orang yg kita dakwahi. Jangan sampai ucapan kita menyelisihi amalan kita / sebaliknya amalan kita menyelisihi ucapan kita. Sebab Allah Ta’ala mengancam orang-orang yg berkata tetapi dia tak mengamalkan apa yg dia katakan, dlm firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لاَ تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لاَ تَفْعَلُونَ
Wahai orang-orang yg beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yg tak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yg tak kamu kerjakan. (QS. Ash-Shaf : 2-3)
Ikhlaskan jg niat dlm berdakwah hanya untk mencari ridha Allah semata. Bukan untk mengharapkan pujian dan balasan dari orang lain. Allah Tabaraka wa Ta’ala menceritakan tentang dakwah para nabi dan rasul ketika mereka berkata kepada kaumnya :
وَيَا قَوْمِ لاَ أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مَالاً إِنْ أَجْرِيَ إِلاَّ عَلَى اللهِ
Dan (dia berkata): Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah. (QS. Hud: 29)
Hendaklah penyampaian dakwah dilakukan dgn rasa kasih sayang dan lemah lembut. Allah Ta'ala berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dgn mereka dlm urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yg bertawakkal kepada-Nya." (QS. Ali ‘Imran : 159)
Hendaklah di dlm penyampaian dakwah kita memahami bahwa sesungguhnya hidayah taufik hanyalah milik Allah semata. Sehingga apabila kita telah menyampaikan suatu ilmu kepada seseorang tetapi orang tersebut tak / belum berkenan untk menerima dan mengamalkannya, kita senantiasa teringat akan firman-Nya:
إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
"Sesungguhnya kamu tak akan dpt memberi petunjuk kepada orang yg kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yg dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yg mau menerima petunjuk." (QS. Al-Qashash: 56)
Allah Ta'ala berfirman:
Ikutilah orang yg tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adlh orang-orang yg mendapat petunjuk. (QS. Yasin: 21).
Ibnu Sa’di mengatakan:Ikutilah orang yg memberikan nasehat kepadamu, yg menginginkan kebaikan untukmu, bukan seorang yg menginginkan harta dan upah darimu karena nasehat dan bimbingan yg dia berikan kepadamu.
Ini merupakan faktor pendorong untk mengikuti orang yg memiliki sifat demikian. Tapi boleh jadi ada yg bilang, ‘memang boleh jadi dia berdakwah dan tak meminta upah dgn dakwahnya tapi ternyata dia tak berada di atas kebenaran’.
Kemungkinan ni Allah bantah dgn firman-Nya, ‘Dan mereka adlh orang-orang yg mendapat petunjuk’. Hal ni karena mereka hanyalah mendakwahkan hal-hal yg dinilai baik oleh akal sehat dan mereka hanya melarang untk mengerjakan hal-hal yg dinilai buruk oleh akal sehat.
(Taisir al Karim al Rahman hal 817, cetakan Dar Ibnu al Jauzi).
Pepatah arab mengatakan, faaqidus syai’ laa yu’thihi, orang yg tak punya tak akan bisa memberi. Sebagaimana orang yg tak punya uang tak akan pernah bisa memberi uang kepada orang lain maka demikian pula orang yg tak berada di atas hidayah tentu tak bisa bagi-bagi hidayah.
Dalam ayat di atas (Yasin: 21) Allah menjelaskan ciri dai yg bisa bagi-bagi hidayah (hidayatul irsyad), karena dia memang berada dlm hidayah yaitu tak meminta upah dgn dakwah dan nasehatnya.
Tidak hanya sebatas meminta upah berupa harta, tapi jg tak meminta upah dlm bentuk penghormatan, cium tangan, disowani, diminta mencoblos partai tertentu, dimintai membuat kartu anggota organisasi tertentu ataupun tergabung dlm kelompok pengajian tertentu. Inilah ciri orang yg layak kita jadikan sebagai guru ngaji kita.
Semoga Allah Ta'ala mudahkan kita dlm kebaikan di mana saja kita berada, mengampuni segala kesalahan dan dosa-dosa kita, kedua orang tua kita, keluarga kita, guru-guru kita, dan jg saudara-saudara kita dari kaum muslimin pd umumnya. Semoga Allah Ta'ala kelak mempertemukan kita kembali di Surga-Nya, amin.

NASIHAT UNTUKKU & UNTUKMU PARA SAHABATKU

Sumber : Catatan Al Akh Abu Muhammad Hermanhttp://facebook.com/photo.php?fbid=3322183648471

other source : http://abuayaz.blogspot.com, http://twitter.com, http://dailymotion.com

0 Response to "NASIHAT UNTUKKU & UNTUKMU PARA SAHABATKU - Al Qur'an"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *