termotok.blogspot.com - Terlihat e="clear: both; text-align: center;">
Terlihat wajah semangat yg berlumur air keringat, terlihat seorang mahasiswi dgn nama Asma (nama samaran, maaf nama dan identitasnya terpaksa kami rahasiakan). Memakai gamis hijau, jilbab lebar dan tas ransel berwarna hitam, dia memasuki lobi di salah satu Universitas di daerah Tangerang. Dia adlh mahasiswi semester 1 jurusan akuntansi. Usianya baru 17 tahun. Dan dia adlh salah satu mahasiswi TERPANDAI di kelasnya.
Saat kelas usai, dia pergi ke perpus. Ilmu sangat penting. Dengan Ilmu saya bisa memimpin diri saya. Dengan ilmu saya bisa memimpin keluarga. Dengan ilmu saya bisa memimpin bangsa. Dan dgn ilmu saya bisa memimpin dunia. Itu alasan Asma kenapa saat istirahat dia lebih senang ke perpustakaan daripada tempat lain. (keren ya…)
Sore hari setelah kuliah usai, Asma menuju salah satu sudut kampus. Di sebuah ruangan kecil, dia bersama beberapa temannya mengadakan pengajian bersama. Ini adlh kegiatan rutin mereka, yg merupakan salah satu unit kegiatan mahasiswa di Universitas tersebut. Setelah itu, dia bergegas keluar dari komplek kampus.
Tapi dia tak naik kendaraan untk pulang. Sambil berjalan, dia memungut dan mengumpulkan plastik bekas minuman yg dia temui di sepanjang jalan. Dia berjalan kaki sehari kurang lebih 10 km. Selama berjalan itulah, dgn menggunakan karung plastik, dia memperoleh banyak plastik untk dia bawa pulang.
Rumah Asma jauh dari kampus. Dia tinggal bersama ibu dan 6 orang adiknya yg masih kecil-kecil. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana yg mereka pinjam dari saudara mereka di daerah Bogor. Biasanya setelah berjalan hampir 10 km, untk sampai ke rumahnya Asma menumpang truk. Sopir truk yg lewat, sudah kenal dengannya, sehingga mereka selalu memberi tumpangan di bak belakang. Subhanallah, setelah truk berhenti dgn tangkas dia naik ke bak belakang lewat sisi samping yg tinggi itu. (can you imagine it ?)
Asma sekeluarga adlh pemulung. Dia, ibu dan adik-adiknya mengumpulkan plastik, dibersihkan kemudian dijual lagi. Dari memulung sampah inilah mereka hidup dan Asma kuliah.
Ini adlh cerita nyata yg yang ditayangkan di salah satu stasiun TV sore kemarin (26/5/2008). Di stasiun TV lain jg disiarkan hari selasa kemarin. Sungguh episode yg membuat bulu kudu kita merinding dan mata kita berkaca-kaca.
Asma menjadi Pemulung untk membiayai kuliah dan melanjutkan hidupnya. Ayahnya, adlh seorang karyawan di sebuah tempat hiburan di daerah ancol, Jakarta Utara. Setiap hari ia mengumpulkan bola bowling . Sementara ibunya adlh seorang ibu rumah tangga sederhana. Adiknya yg pertama, duduk dibangku kelas 3 SMU Negeri. Adiknya yg kedua, duduk dibangku kelas 2 di SMU yg sama. Adiknya yg ketiga, duduk dibangku kelas 6 SD. Sementara tiga adiknya yg lain jg masih sekolah disekolah yg sama.
Pada tahun 1994, dgn ekonomi yg pas-pasan Asma bersama keluarganya mengotrak rumah sangat sederhana di daerah Cengkareng. Orang tua Asma menggeluti usaha rempeyek untk mencukupi kebutuhan keluarga yg memang hasilnya tak menjanjikan. Disela kehidupan yg cukup prihatin, Asma, yg pd waktu itu masih berusia 4 tahun menunjukan potensi dirinya yg berbeda dgn anak-anak lainnya. Dalam usia yg sedini ini, ia memaksa orang tuanya untk memohon kepada kepala sekolah SD agar menerimanya sebagai murid kelas 1. Hasilnya menggembirakan, ia tak mengalami masalah dan bahkan dpt naik ke kelas 2 dgn hasil yg memuaskan.
Saat Asma beranjak kelas dua, yaitu tahun 1996 Asma bersama keluarga hijrah ke daerah Bogor. keluarga mereka membuka usaha warung makanan dgn modal yg pas-pasan. Setahun berjalan, usaha itu bangkrut. Hingga untk bisa bertahan hidup mereka hanya mengkonsumsi bubur / singkong. Hal itu berlanjut hingga lima tahun.
Suatu hari, ada seorang teman ayah Asma yg memberitahu bahwa gelas dan botol bekas air mineral dpt dijadikan uang . Saat itu jg serentak seluruh keluarga mengumpulkan gelas dan botol bekas air mineral. Hampir tiap hari keluarga mereka berbondong-bondong keluar sambil membawa karung dan terkadang pulang hingga jam tiga pagi. Gelas bekas yg dikumpulkannya ni dihargai delapan ribu rupiah untk tiap kilonya. Dalam sehari Asma dpt mengumpulkan sebanyak satu karung gelas plastik bekas / seberat satu kilo gram.
Dari usaha yg baru ni membawa sedikit angin segar bagi keluarga Asma, terlebih bagi dirinya sendiri yg memang sangat bersemangat untk menempuh pendidikan setinggi tingginya. Dalam keadaan yg sulit sekalipun prestasi belajarnya cukup menggembirakan. Semenjak SD hingga SMU Asma selalu mendapat peringkat tiga besar. Sebelum meninggalkan bangku SMU ia pernah mendapat juara 2 lomba puisi dan ia pun masuk kedalam sepuluh besar lomba membawakan berita pd peringatan hari bahasa pd waktu itu. Pada bangku kuliah pun ia masuk dlm peringkat sepuluh besar pd universitas Pamulang jurusan akuntansi. Potensi inilah yg membakar semangatnya dan memperoleh dukungan keluarga untk terus belajar.
Tahun ajaran 2007-2008 masih dlm keadaan cukup prihatin Asma memberanikan diri mencicipi bangku kuliah. Tekadnya bulat untk memilih jurusan akuntansi yg dlm benaknya dpt memudahkan mencapai cita-citanya untk dpt bekerja pd Perusahaan besar. Dengan biaya kuliah Rp. 900.000 per semester dpt dicicilnya tiap bulan sebesar Rp. 150.000. Jadi, apabila ia ingin kuliah maka ia pun harus bekerja keras siang malam.
Semangat dlm belajar dan bersabar dlm meniti jalan kehidupannya membuat Asma dpt dikatakan memiliki suatu yg lebih diantara kawan sebayanya. Meskipun terkadang hanya makan sekali dlm sehari tak membuatnya kehilangan energi dlm menuntut ilmu. Asma yg memang dikenal jg anak yg pandai bergaul dan periang ni bergabung bersama kawan-kawannya di salah satu kegiataan mahasiswa muslim. Keprihatinan yg dialami keluarga Asma baru diketahui ketika kawan-kawannya berkunjung ke rumahnya. Semenjak itu, ia semakin mendapat perhatian dari pengurus kegiatan dan kawan-kawannya dgn memberinya bantuan yg memang jumlahnya belum cukup signifikan.
Ust. Fulan, salah seorang Pembina kegiatan merekomendasikan Asma untk mendapat bantuan beasiswa melalui DPU DT. Alhamdulillah, setelah mengikuti seleksi akhirnya Asma lolos menjadi anggota program BEA MAHAKARYA DPU DT. Dalam program BEA MAHAKARYA ni selain mendapat bantuan finansial ia jg memperoleh serangkaian pendidikan dan pelatihan yg dpt menjadi bekal bagi dirinya kedepan. Asma terlihat semakin optimis mengejar cita-citanya. Selain itu pula atas usaha dan dukungan kawan-kawannya ia dpt diliput dibeberapa media cetak dan elektronik yg mudah mudahan dpt dijadikan pintu keluar bagi keprihatinan yg ia alami sekeluarga selama ini.
- Untuk bukti kebenaran cerita diatas, bisa menghubungi salah seorang kerabatnya di:
AL HUUR BUUTIIK
Ket: Foto diatas hanya illustrasi.
SUMBER

Saat kelas usai, dia pergi ke perpus. Ilmu sangat penting. Dengan Ilmu saya bisa memimpin diri saya. Dengan ilmu saya bisa memimpin keluarga. Dengan ilmu saya bisa memimpin bangsa. Dan dgn ilmu saya bisa memimpin dunia. Itu alasan Asma kenapa saat istirahat dia lebih senang ke perpustakaan daripada tempat lain. (keren ya…)
Sore hari setelah kuliah usai, Asma menuju salah satu sudut kampus. Di sebuah ruangan kecil, dia bersama beberapa temannya mengadakan pengajian bersama. Ini adlh kegiatan rutin mereka, yg merupakan salah satu unit kegiatan mahasiswa di Universitas tersebut. Setelah itu, dia bergegas keluar dari komplek kampus.
Tapi dia tak naik kendaraan untk pulang. Sambil berjalan, dia memungut dan mengumpulkan plastik bekas minuman yg dia temui di sepanjang jalan. Dia berjalan kaki sehari kurang lebih 10 km. Selama berjalan itulah, dgn menggunakan karung plastik, dia memperoleh banyak plastik untk dia bawa pulang.
Rumah Asma jauh dari kampus. Dia tinggal bersama ibu dan 6 orang adiknya yg masih kecil-kecil. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana yg mereka pinjam dari saudara mereka di daerah Bogor. Biasanya setelah berjalan hampir 10 km, untk sampai ke rumahnya Asma menumpang truk. Sopir truk yg lewat, sudah kenal dengannya, sehingga mereka selalu memberi tumpangan di bak belakang. Subhanallah, setelah truk berhenti dgn tangkas dia naik ke bak belakang lewat sisi samping yg tinggi itu. (can you imagine it ?)
Asma sekeluarga adlh pemulung. Dia, ibu dan adik-adiknya mengumpulkan plastik, dibersihkan kemudian dijual lagi. Dari memulung sampah inilah mereka hidup dan Asma kuliah.
Ini adlh cerita nyata yg yang ditayangkan di salah satu stasiun TV sore kemarin (26/5/2008). Di stasiun TV lain jg disiarkan hari selasa kemarin. Sungguh episode yg membuat bulu kudu kita merinding dan mata kita berkaca-kaca.
Asma menjadi Pemulung untk membiayai kuliah dan melanjutkan hidupnya. Ayahnya, adlh seorang karyawan di sebuah tempat hiburan di daerah ancol, Jakarta Utara. Setiap hari ia mengumpulkan bola bowling . Sementara ibunya adlh seorang ibu rumah tangga sederhana. Adiknya yg pertama, duduk dibangku kelas 3 SMU Negeri. Adiknya yg kedua, duduk dibangku kelas 2 di SMU yg sama. Adiknya yg ketiga, duduk dibangku kelas 6 SD. Sementara tiga adiknya yg lain jg masih sekolah disekolah yg sama.
Pada tahun 1994, dgn ekonomi yg pas-pasan Asma bersama keluarganya mengotrak rumah sangat sederhana di daerah Cengkareng. Orang tua Asma menggeluti usaha rempeyek untk mencukupi kebutuhan keluarga yg memang hasilnya tak menjanjikan. Disela kehidupan yg cukup prihatin, Asma, yg pd waktu itu masih berusia 4 tahun menunjukan potensi dirinya yg berbeda dgn anak-anak lainnya. Dalam usia yg sedini ini, ia memaksa orang tuanya untk memohon kepada kepala sekolah SD agar menerimanya sebagai murid kelas 1. Hasilnya menggembirakan, ia tak mengalami masalah dan bahkan dpt naik ke kelas 2 dgn hasil yg memuaskan.
Saat Asma beranjak kelas dua, yaitu tahun 1996 Asma bersama keluarga hijrah ke daerah Bogor. keluarga mereka membuka usaha warung makanan dgn modal yg pas-pasan. Setahun berjalan, usaha itu bangkrut. Hingga untk bisa bertahan hidup mereka hanya mengkonsumsi bubur / singkong. Hal itu berlanjut hingga lima tahun.
Suatu hari, ada seorang teman ayah Asma yg memberitahu bahwa gelas dan botol bekas air mineral dpt dijadikan uang . Saat itu jg serentak seluruh keluarga mengumpulkan gelas dan botol bekas air mineral. Hampir tiap hari keluarga mereka berbondong-bondong keluar sambil membawa karung dan terkadang pulang hingga jam tiga pagi. Gelas bekas yg dikumpulkannya ni dihargai delapan ribu rupiah untk tiap kilonya. Dalam sehari Asma dpt mengumpulkan sebanyak satu karung gelas plastik bekas / seberat satu kilo gram.
Dari usaha yg baru ni membawa sedikit angin segar bagi keluarga Asma, terlebih bagi dirinya sendiri yg memang sangat bersemangat untk menempuh pendidikan setinggi tingginya. Dalam keadaan yg sulit sekalipun prestasi belajarnya cukup menggembirakan. Semenjak SD hingga SMU Asma selalu mendapat peringkat tiga besar. Sebelum meninggalkan bangku SMU ia pernah mendapat juara 2 lomba puisi dan ia pun masuk kedalam sepuluh besar lomba membawakan berita pd peringatan hari bahasa pd waktu itu. Pada bangku kuliah pun ia masuk dlm peringkat sepuluh besar pd universitas Pamulang jurusan akuntansi. Potensi inilah yg membakar semangatnya dan memperoleh dukungan keluarga untk terus belajar.
Tahun ajaran 2007-2008 masih dlm keadaan cukup prihatin Asma memberanikan diri mencicipi bangku kuliah. Tekadnya bulat untk memilih jurusan akuntansi yg dlm benaknya dpt memudahkan mencapai cita-citanya untk dpt bekerja pd Perusahaan besar. Dengan biaya kuliah Rp. 900.000 per semester dpt dicicilnya tiap bulan sebesar Rp. 150.000. Jadi, apabila ia ingin kuliah maka ia pun harus bekerja keras siang malam.
Semangat dlm belajar dan bersabar dlm meniti jalan kehidupannya membuat Asma dpt dikatakan memiliki suatu yg lebih diantara kawan sebayanya. Meskipun terkadang hanya makan sekali dlm sehari tak membuatnya kehilangan energi dlm menuntut ilmu. Asma yg memang dikenal jg anak yg pandai bergaul dan periang ni bergabung bersama kawan-kawannya di salah satu kegiataan mahasiswa muslim. Keprihatinan yg dialami keluarga Asma baru diketahui ketika kawan-kawannya berkunjung ke rumahnya. Semenjak itu, ia semakin mendapat perhatian dari pengurus kegiatan dan kawan-kawannya dgn memberinya bantuan yg memang jumlahnya belum cukup signifikan.
Ust. Fulan, salah seorang Pembina kegiatan merekomendasikan Asma untk mendapat bantuan beasiswa melalui DPU DT. Alhamdulillah, setelah mengikuti seleksi akhirnya Asma lolos menjadi anggota program BEA MAHAKARYA DPU DT. Dalam program BEA MAHAKARYA ni selain mendapat bantuan finansial ia jg memperoleh serangkaian pendidikan dan pelatihan yg dpt menjadi bekal bagi dirinya kedepan. Asma terlihat semakin optimis mengejar cita-citanya. Selain itu pula atas usaha dan dukungan kawan-kawannya ia dpt diliput dibeberapa media cetak dan elektronik yg mudah mudahan dpt dijadikan pintu keluar bagi keprihatinan yg ia alami sekeluarga selama ini.
- Untuk bukti kebenaran cerita diatas, bisa menghubungi salah seorang kerabatnya di:
AL HUUR BUUTIIK
Ket: Foto diatas hanya illustrasi.
SUMBER
source : http://news.detik.com, http://youtube.com
0 Response to "[Kisah Nyata] Kisah Pemulung Yang Berhijab"
Posting Komentar